Laman

Jumat, 30 Maret 2012

Switched at Birth ^Part 2^

Switched at Birth (Tertukar Saat Dilahirkan)



Part 2

‘AWAL DARI SEMUANYA’


Switched at Birth (Tertukar Saat Dilahirkan)

Tidak butuh waktu lama, kini Sivia berserta keluarganya pun memasuki ruangan dokter Angel, saat Sivia berserta keluarganya sudah memasuki ruangan dokter tersebut mereka mendapati seorang wanita paruh baya dan seorang gadis remaja seusia Sivia sudah duduk manis menunggu kedatangan mereka. Wanita paruh baya dan gadis remaja itu adalah Shilla dan Ibu Marinda -Mamah Shilla-.

            “Selamat sore, dok.” sapa Pak Doni pada dokter Angel ramah. 

            Dokter angel pun beranjak dari kursinya lalu menghampiri Sivia dan keluarganya,

            “Selamat sore juga..” ucap dokter Angel ramah. 

            Dokter angel pun berjabat tangan dengan Sivia dan keluarganya secara bergantian. Barulah dokter Angel mengajak Sivia bersama keluarganya untuk lebih dekat kearah Shilla dan Ibu Marinda .

            “Ibu Marinda, ini keluarga dari bapa Doni sudah hadir” ucapan dokter Angel membuat Shilla dan Ibu Marinda  beranjak dari kursi mereka. Shilla dan Ibu Marinda menghampiri Sivia berserta keluarganya.

            “Bapa Doni dan ibu Ratih, perkenalkan ini adalah ibu Marinda dan Shilla yang sebenarnya putri kandung ibu dan bapa” ucap dokter Angel memperkenalkan Shilla dan Ibu Marinda dengan kedua orangtua Sivia -Doni & Ratih-. 

            Sivia dan Shilla saling menatap satu sama lain. 

            “Jadi ini namanya Shilla.” ucap Ibu Ratih lembut. Shilla tersenyum seraya berkata,

            “Iya namaku Shilla.. Senang bertemu dengan kalian”

            “Kami juga sangat senang..”

            “Oh ya, ini Sivia dan Gabriel” lanjut Ibu Ratih memperkenalkan Sivia dan Gabriel sambil menunjuk keduanya satu persatu. 

            Shilla mengulurkan tangannya sambil tersenyum pada Sivia, Sivia pun menyambut uluran tangan Shilla juga dengan senyum yang tertera dibibirnya,

            “SHILLA.”

            “SIVIA.”

            Sama halnya dengan tadi, kini Shilla mengulurkan tangannya sambil tersenyum pada Gabriel, dan Gabriel menyambut uluran tangan Shilla seraya berkata,

            “GABRIEL bisa panggil Iel.”

            “SHILLA.”

            “Kamu sangat cantik, Sivia..” puji Ibu Marinda dengan senyuman tulus dari bibirnya. 

            Sivia tersenyum,

            “Ibu juga cantik” 

            Marinda pun memeluk Sivia. Sivia pun membalas pelukan Ibu Marinda yang ternyata adalah mamah kandungnya.

            "Mulai hari ini panggil ibu dengan sebutan bunda ya." pinta Ibu Marinda tepat disebelah telinga Sivia. 

            Meskipun ucapan itu terdengar seperti berbisik, namun semuanya bisa mendengar apa yang baru saja Marinda ucapkan

            "Iya, bunda.." ucap Sivia. Ibu Marinda yang sebenarnya adalah mamah Sivia itupun melepaskan pelukannya lalu tersenyum menatap putri kandungnya itu.

            "Shilla juga, panggil kami dengan sebutan mamah dan papah, ya." pinta Ibu Ratih yang sebenarnya adalah mamah kandung dari Shilla. 

            Shilla tersenyum seraya menganggukan kepalanya. 

            Tidak lama setelah perkenalan itu, pintu ruangan kembali terbuka dan muncul lah seorang laki-laki yang membuat Sivia dan laki-laki itu terkejut. Laki-laki itu, adalah laki-laki yang tadi bertemu dengan dirinya di kantin rumah sakit.

            “ELO..” ucap keduanya bersamaan sambil saling menunjuk. 

            Hal ini membuat Shilla mengkerutkan keningnya,

            “Kalian udah kenal?” tanya Shilla. 

            Keduanya menggeleng.

            “Tadi aku ga sengaja ketemu sama dia di kantin, Shil..” jawab laki-laki. Shilla mengangguk-angguk mengerti,

            “Oh ya Vi, kenalin ini Alvin.. Dia ini sahabat aku dari kecil.” ucap Shilla memperkenalkan laki-laki itu yang tak lain adalah Alvin. 

            Alvin mengulurkan tangannya pada Sivia, Sivia pun menyambut uluran tangan dari Alvin. 

            "Sivia.."

            "Alvin.." 

            Kedua mata mereka kembali beradu membuat mereka diam dalam posisi tadi. Berjabatan. Shilla yang melihat pemandangan itupun angkat suara, 

            "Kalian kenapa?.." 

            Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Shilla sama sekali tidak dihiraukan oleh keduanya. Mereka tetap diam sambil saling menatap satu sama lain. 

            "Kalian kenapa?.." tanya Shilla, lagi. 

            Dan lagi-lagi tidak ada jawaban dari keduanya. Melihat sudah 2 kali Shilla melontarkan pertanyaan tetapi tidak mendapat jawaban dari Alvin ataupun Sivia, membuat Gabriel menyimpulkan bahwa keduanya merasakan perasaan yang sama,

            "Kayanya mereka saling suka deh, Shill.. love at the first sight deh kayanya.." bisik Gabriel tepat disebelah telinga Shilla. 

            Shilla menatap keduanya dengan tatapan sendu. Ucapan Gabriel tadi benar-benar membuat hatinya semakin teriris. 'Apa benar ya? yang dikatakan oleh ka Iel tadi'  batinya.

            "Mereka serasi ya, ka.." Shilla berucap dengan senyum tipis dibibirnya. 

            "Iya serasi bangett.." ucap Gabriel menyetujui. 

            Sivia dan Alvin masih dalam posisi diam, hingga..

            "SIVIA, ALVIN ada apa dengan kalian?.." tanya Ibu Marinda yang heran melihat tingkah aneh Sivia dan Alvin. 

            Sivia dan Alvin yang sudah beberapa menit dalam posisi diam sambil saling menatap itupun akhirnya tersadar. Buru-buru mereka melepaskan jabatan tangan diantara mereka. Mereka terlihat salting, Alvin menggaruk-garukan kepalanya yang sama sekali tidak gatal dan Sivia yang terlihat seperti anak ilang yang sedang panik mencari dimana kedua orangtuanya.

            "Gapapa ko bun.. tan.." jawab Alvin dan Sivia bersamaan. 

            "Hayoo.. kalian ada apa hayooo?.." goda Gabriel dengan tatapan super jailnya. 

            PLETAKKKK!!! satu jitakan mendarat dikepala Gabriel. Satu jitakan sempurna dari Sivia. 

            "Haduhhh... Sakit tau, Vi.. Ga sopan banget ya sama kaka sendiri.." rintih Gabriel sambil memegang kepalanya. 

            Sivia menjulurkan lidahnya, 

            "Bodo.. Siapa suruh sok sok kaya gitu.." 

            Gabriel memanyunkan bibirnya, 

            "Mamah papah, Vianya nakall." adu Gabriel manja. 

            Kedua orangtuanya pun tersenyum geli melihat putra satu-satunya itu bertingkah seperti anak kecil. 

            "Ish jijik banget deh lo, ka.." cibir Sivia. 

            "Mamah papah, Via jahat Via jahat.." rengek Gabriel. 

            Wajahnya kini layaknya anak kecil yang tegah menangis habis bertengkar dengan kawannya.

            "Gabriel, Gabriel usia mu ini sudah 16 tahun dan tahun depan 17 tahun tapi kelakuan ko kaya anak kecil.." cibir mamahnya. Gabriel nyegir. 

            Mereka semua pun menghabiskan hari dengan percakapan untuk mengenal lebih dalam lagi tentang diri masing-masing. 

^_^

            Di hari minggu yang cerah ini,Gabriel dan Sivia memutuskan untuk mengajak Alvin dan Shilla untuk mengenal teman-teman mereka yang lain. Mereka berencana ingin mengajak Shilla dan Alvin ke studio musik milik keluarga Cakka.

            “Siviaaaa buruan udah jam 9 ..” teriak Gabriel dari bawah. 

            Sivia yang saat itu tegah menghias dirinya dengan cepat menyelesaikannya,

            “Iyaaaa tunggu bentar..” sahut Sivia. 

            Dia pun mengambil kasar tas selendangnya lalu bergegas keluar kamar. Sivia menuru ini anak tangga lalu berjalan menghampiri Gabriel yang saat itu tegah menyenderkan badannya di mobil sambil melipat kedua tangannya didada. Saat Sivia sudah berada didekatnya, Gabriel langsung merubah posisinya lalu memasuki mobil. Sama halnya dengan Gabriel, Sivia pun ikut memasuki mobil. Setelah keduanya sudah memasuki mobil, Gabriel lantas menggas mobilnya lalu mengendarainya menuju rumah Shilla.

^_^

Selang beberapa menit, Gabriel dan Sivia sudah berada didepan pintu rumah Shilla. Keduanya lantas mengetuk pintu kamar Shilla. Menyadari ada suara ketukan dari luar rumahnya, Shilla lantas bergegas untuk membukakan pintu rumahnya. Shilla pun mempersilahkan Gabriel dan Sivia masuk dan duduk dibangku yang tersedia diruang tamu.

“Ka Iel sama Via mau minum, apa?” Shilla menawarkan.

“Air putih aja, Shill..” jawab Gabriel singkat. 

Shilla menganggukan kepalanya lalu bergegas menuju dapur. Selang beberapa detik, Shilla kembali dengan satu buah nampan yang diatasnya berdiri 2 buah gelas berisikan air mineral. Shilla menaruh kedua gelas itu dimeja seraya berkata,

“Ka Iel, Via ini minumannya diminum dulu..” Shilla menawarkan. 

Gabriel dan Sivia pun mengambil gelas yang berisikan air mineral itu lalu meneguknya. Setelah selesai, Sivia, Gabriel, dan Shilla memutuskan untuk menemui Alvin dirumahnya. Tidak butuh lama untuk ketiganya sudah berada didalam rumah Alvin. Jarak rumah Alvin dan Shilla yang relatif dekatlah membuat ketiganya tidak perlu membuang waktu banyak untuk menemui Alvin dirumahnya. Ketiganya menunggu Alvin diruang tamu. Sekitar 10 menit akhirnya Alvin sudah siap dan Alvin, Sivia, Gabriel, dan Shilla pun segara bergegas menuju studio musik milik keluarga Cakka.

^_^

            Di studio musik milik keluarga Cakka. Sudah ada Cakka, Rio, Oik, dan Ify yang sudah dari tadi menunggu kehadiran Gabriel, Sivia, Shilla, dan Alvin. Dan setelah sekiranya 7 menit berlalu, Gabriel, Sivia, Shilla, dan Alvin akhirnya tiba.

“Akhirnya datang juga lu pade..” sahut Cakka saat Gabriel, Sivia, Shilla, dan Alvin sudah memasuki ruang studi musik milik keluarga Cakka.

“Sorry ya kita udah bikin kalian nunggu..” sesal Gabriel.

“Nyantai aja kali, yel.. Kita juga ga marah ko..” sahut Rio disertai anggukan dari Cakka, Oik, dan Ify.

Thanks guys. Oh ya, kenalin ini ade baru gue sama sahabatnya. Shilla sama Alvin” Ucap Gabriel memperkenalkan Shilla dan Alvin.

            “Oik”

            “Rio”

            “Cakka”

            “Ify..”

Setelah perkenalan singkat itu, mereka berdelapan diajak untuk bersantai sofa yang berada didalam studio musik tersebut. Di mejanya pun sudah tersedia beberapa snacks dan beberapa minuman dingin yang disediakan untuk menemani acara kumpul-kumpul mereka kali ini.

“Oh ya, Shilla sama Alvin sekolah dimana?” tanya Oik memulai perbincangan diantara mereka.

            “Kita sekolah di SMA North Shore.” jawab Shilla.

“Udah kalian pindah aja ke SMA Baverly Glen tempat kita-kita. Disana seru loh.” Saran Ify disertai anggukan dari yang lain (minus Alvin-Shilla). 

"Iya, kita juga butuh tambahan personil diband kita-kita. Lo gabung aja, vin.." lanjut Rio. 

Alvin tersenyum seraya berkata, 

"Gue ga bisa ngeband kali.." 

Mendengar jawaban yang terkesan palsu dari Alvin, Shilla pun ikut angkat bicara, 

"Bohong bohong , Alvin jago banget maen keyboard. Dia aja sering banget malah menjuarai lomba musik untuk sekolah kami." sangkal Shilla.

“Hush,, berlebihan banget deh, Shill.." protes Alvin. 

"Tuh kan, cocok banget kita butuh banget pemain  keyboard  dalam band kita." sahut Cakka. 

"Masuk aja, Vin. Pasti bandnya jadi makin keren.." ucap Sivia meyakini. 

Alvin tersenyum begitu juga dengan Sivia, 


"Yaudah deh gue mau gabung sama kalian.." ucap Alvin sambil tersenyum menyetujui. 

Semua (minus Alvin) tersenyum dan bernafas lega atas keputusan Alvin yang akhirnya mau bergabung dengan band mereka.     

"Nah berarti hari ini kita jadiin hari perayaan untuk perkenalan kita sama Alvin dan Shilla berserta gabungnya Alvin diband kita.." ucap Cakka seraya berdiri sambil mengangkat gelas yang ia taruh ditangan kanannya. 

Yang lain pun mengikuti Cakka. Lalu kedelapan sekawan itu meyatukan gelas mereka seraya berkata, 

"SUKSES UNTUK PERSAHABATAN KITA.." ucap kedelapan sekawan itu secara bersamaan. 

Setelah itu, kedelapan sekawan itu kembali duduk dan menaruh kembali gelas itu dimeja, lalu melanjutkan dengan berbagai percakapan seru mengenai diri masing-masing dan yang paling banyak dibicarakan tentu saja mengenai Alvin dan Shilla, sahabat terbaru mereka.

        Bersambung...




           




            

1 komentar: