Laman

Kamis, 22 Maret 2012

The Third Person (Bab 1)


BAB 1

Penyesalan Alvin




Di sebuah danau yang terbilang sepi, karena memang jarang dijumpai orang banyak. Mungkin itulah sebabnya , danau itu menjadi tempat rahasia pasangan yang satu ini. Namun malam ini semua nampak berbeda dari yang biasanya. Biasanya di danau ini terlihat kemesraan antara mereka, tapi sekarang malah terjadi keributan besar antar keduanya.

"Jawab jujur aja bisa ga si Vin! Aku cape Vin cape! Kamu udah boongin aku selama 2 bulan terakhir ini!." bentak Sivia. Kini wajah indahnya sudah di banjiri air mata.

Laki-laki yang di bentak Sivia, dia Alvin. Alvin adalah seseorang yang sudah 2 tahun menjalin status dengannya sebagai "kekasih".

"Jawab Vin jawab!." pinta Sivia dengan isakan yang semakin kuat. Alvin hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa pada kekasihnya ini.

Karena tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir manis Alvin, Sivia memutuskan pergi dari tempat itu. Namun langkahnya terhenti ketika Alvin memanggilnya.

"Ngapain kamu manggil aku?" tanya Sivia ketus tanpa melihat wajah Alvin. Alvin semakin mendekat, hingga dia hanya beberapa jarak saja dengan Sivia.

"Aku jelasin sama kamu, pliss liat akuu." ucap Alvin akhirnya. Sivia membalikan badannya namun kepalanya menunduk karena tak kuasa melihat Alvin.

"Jelasin." 

Alvin menghela nafas panjang, "Shilla itu mantan aku pas SMP, cinta pertama aku.. Dia terus minta tolong ke aku buat ngajak dia jalan, awalnya aku nolak tapi dia maksa... Pas aku jalan sama dia, dia selalu ngebahas masa lalu kita pas SMP.. Dan dia minta aku buat balikan lagi sama dia, tapi aku belum jawab karena aku ga bisa ngelepasin kamu gitu aja.. Aku cinta sama lo!" jelas Alvin panjang lebar.

Dengan perlahan Sivia mengangkat wajahnya, "Kenapa kamu boongin aku?" tanya Sivia yang menatap tajam ke arah Alvin.

"Karena aku ga mau kamu tau soal Shilla!." jawab Alvin. Sivia mengkerutkan kening, "Kenapa?" tanya Sivia lagi.

"Sorry vi, tadinya saat Shilla dateng ke Bandung aku seneng dan malah kebayang masa SMP aku sama dia, apalagi ditambah dia yang sering ngenang masa-masa itu! Buat aku jadi pengen ngulang sama dia, karena dulu dia ninggalin aku gitu aja! Tapi itu ga lama, wajah kamu langsung bikin aku lupa apa yang menjadi kenangan aku sama Shilla! Dan aku sadar kalo hati aku emang cuma buat kamu!." jelas Alvin panjang lebar. Sivia masih ragu akan hal ini,

"Hati aku ragu vin." ucap Sivia. Ucapan Sivia barusan membuat Alvin diam dan menatap dalam-dalam wajah Sivia, Alvin semakin mempersempit jaraknya dengan Sivia. Alvin mendorong pelan tubuh Sivia dan mendaratkan sebuat ciuman dibibir Sivia, lama butuh waktu yang lama baru Alvin melepaskan ciumannya.

"Jangan ragu sama aku, vi." ucap Alvin yang terus meyakinkan hati Sivia. Sivia menatap Alvin, entah kenapa dia yakin kalo Alvin tulus kepadanya. Dia berpikir keras tentang ucapan Alvin mengenai Shilla.

"Shilla adalah cinta pertama Alvin yang pergi ninggalin dia gitu aja, dan semua tau kalo di tinggal pergi orang yang kita sayang emang berat dan pasti ada perasaan bahagia jika bertemu dengannya lagi, dan itu belum tentu timbul rasa cinta lagi bisa saja hanya karena senang dan kaget akan bertemu dengan orang itu lagi.. Orang yang pernah memberi kenangan manis!.. berpikir Sivia berpikir, gue sayang Alvin dan gue ga bisa membohongi perasaan gue kalo gue ga mau kehilangan dia.. gue yakin dia tulus dan jujur" batin Sivia.

"Gimana sayang kita masih jadian kan? ga putus kan? aku sayang kamu, vi." tanpa menjawab pertanyaan Alvin, dengan cepat Sivia memeluk Alvin dan Alvin membalasnya.

"Iya aku sayang sama kamu. Dan aku ga mungkin ucapin kata putus buat hubungan kita." ucap Sivia dalam pelukaan Alvin.

"Dan aku janji ga bakal boongin kamu lagi." tekad Alvin.

Di sisi lain seorang gadis sedang menatap tajam ke arah mereka, "gue ga bakal biarin hubungan kalian utuh! Alvin milik gue , bukan Sivia." setelah dia mengucapkan kalimat itu, dia pergi karena dia juga sudah tak tahan melihat adegan ini.

^_^

"Via sayang , bangun nak" ucap seorang wanita paruh baya, Sivia malah merengek dan menarik selimutnya.  Wanita paruh baya itu adalah bunda Sivia, melihat anak semata wayangnya ini bunda Sivia hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah 5 menit berlalu.. Alvin masuk ke kamar Sivia karena perintah bunda Sivia yang mengatakan bahwa Sivia tidak mau bangun.

Alvin mendekatkan dirinya kepada Sivia yang sedang tertidur dengan di tutupi selimut kropinya, "Bangun via sayang" ucap Alvin sambil menarik selimut Sivia pelan dan mengecup pipi kanan Sivia. Dan memang hanya Alvin lah yang bisa dengan mudahnya membangunkan Sivia. Sivia tersenyum melihat Alvin yang sudah ada di sebelahnya. Dengan perintah Alvin, Sivia memasuki kamar mandi dan Alvin sebagai anak laki-laki keluar dari kamar Sivia yang bernuansa hijau.

Alvin memutuskan untuk menunggu Sivia di meja makan, "Via udah bangun vin?" tanya Debo, kaka kandung Sivia. Alvin mengangguk lalu bergabung bersama keluarga Sivia di meja makan. Karena pacaran yang memang sudah lama lah yang membuat Alvin dekat dengan seluruh keluarga Sivia.

Akhrinya Sivia selesai dan mengambil roti di meja makan yang sudah tidak ada siapa-siapa lagi, karena Sivia yang terkenal lama dalam hal menghias diri. Setelah mengambil roti yang di olesinya selai coklat dia pun bergegas keluar menuju Alvin yang setia menunggunya.

"Maaf ya Via lama" sesal Sivia. Alvin hanya tersenyum lalu membukakan pintu mobilnya untuk Sivia. Dan sekitar 15 menit berlangsung akhirnya mereka sampai di sekolah mereka.

Mereka berjalan sambil bergandeng tangan menuju kelas mereka masing-masing, Sivia di XI IPA 1 sedangkan Alvin dia XI IPA 6.

"Balik kekelas dulu ya, kasian si Cakka, Rio, sama Iel udah pada nungguin." pamit Alvin. Sivia mengangguk lalu tersenyum, tidak lupa Alvin mengecup kening Sivia sebelum melangkahkan kaki menuju kelasnya.

Alvin sedang asik berjalan sambil bersenandung dan secara tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, Alvin menoleh, "Gue kira elu udah dateng cak" ucap Alvin menatap heran sahabat yang satunya ini.

Cakka senyum, "Tadi gue kiss sama Oiknya ke lamaan jadi lupa mau sekolah" ucap Cakka sambil membayangkan wajah kekasihnya itu. 

Alvin tertawa, 

"Kiss aja pake lama"

"Kaya lo sama via ga lama aja" cibir Cakka. Alvin nyegir lalu mengajak Cakka kekelas mereka.

Di kelas mereka sudah ada kedua sahabat mereka lainnya, dia Rio dan Gabriel atau Iel. Iel melambaikan tangan pada Cakka dan Alvin , Cakka dan Alvin melangkahkan kaki menghampiri Rio dan Iel.

"Dari mana lo pade?" tanya Rio tepat saat Alvin dan Cakka sudah berada di dekat mereka.

"Nungguin Sivia lah" jawab Alvin singkat lalu meletakan tasnya di bangkunya.

"Tadi gue sama Oik kiss nya kelamaan jadi ga tau waktu hehe" jawab Cakka di sertai tawanya. Iel dan Rio hanya meng "O" kan jawaban mereka.

"Oh ya vin, soal SHILLA itu gimana?" tanya Rio. Alvin sebenarnya malas mendengar nama Shilla, apalagi karena kejadian semalam yang hampir saja kehilangan Sivia, gadis yang sangat di cintainya.

"Udahlah gue males bahas soal cewe itu! Gue sayang sama via, cuma dia!" jawab Alvin tegas. Rio, Cakka, dan Gabriel tersenyum puas mendengarkan jawaban Alvin, karena mereka juga tidak menginginkan Alvin dan Sivia putus hanya karena Shilla, gadis masa lalu Alvin.

"Nah gitu dong bro ! Buat apa lu mikirin Shilla yang jelas-jelas udah ninggalin lo! Padahal ada Sivia cewe manis + cantik + baik yang selalu ada di sisi lo" celetuk Cakka.

"Bener banget vin, secara Shilla itu masa lalu dan Sivia itu masa sekarang dan yang akan datang" sambung Rio. Alvin terseyum mendengar ucapan teman-temannya ini. Mereka memang sering mengatakan ini sama Alvin setelah dia menceritakan soal kembalinya Shilla.

-Tet tet tet- bunyi pertanda masuk pun di bunyikan. Siswa/I kelas XI IPA 6 atau pun kelas lainnya berhamburan kedalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, begitu pun dengan Alvin, Cakka, Rio, dan Gabriel.

Seorang wanita dewasa dengan pakaian formal memasuki kelas Alvin, dia adalah Bu Winda, "Pagi anak-anak" sapa Bu Winda.

"Pagi bu" kor anak-anak XI IPA 6. Entah kenapa perasaan tidak enak menyelimuti Alvin. "Kenapa ini, ko perasaan gue ga enak banget" batin Alvin.

-bersambung-

The Third Person (Orang ketiga) 'Bab 1' #end 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar