BAB 1
Di sebuah danau yang terbilang sepi, karena memang
jarang dijumpai orang banyak. Mungkin itulah sebabnya , danau itu menjadi
tempat rahasia pasangan yang satu ini. Namun malam ini semua nampak berbeda
dari yang biasanya. Biasanya di danau ini terlihat kemesraan antara mereka, tapi
sekarang malah terjadi keributan besar antar keduanya.
"Jawab jujur aja bisa ga si Vin! Aku cape Vin
cape! Kamu udah boongin aku selama 2 bulan terakhir ini!." bentak Sivia.
Kini wajah indahnya sudah di banjiri air mata.
Laki-laki yang di bentak Sivia, dia Alvin. Alvin
adalah seseorang yang sudah 2 tahun menjalin status dengannya sebagai
"kekasih".
"Jawab Vin jawab!." pinta Sivia dengan isakan
yang semakin kuat. Alvin hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa pada
kekasihnya ini.
Karena tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir
manis Alvin, Sivia memutuskan pergi dari tempat itu. Namun langkahnya terhenti
ketika Alvin memanggilnya.
"Ngapain kamu manggil aku?" tanya Sivia ketus
tanpa melihat wajah Alvin. Alvin semakin mendekat, hingga dia hanya beberapa
jarak saja dengan Sivia.
"Aku jelasin sama kamu, pliss liat akuu." ucap
Alvin akhirnya. Sivia membalikan badannya namun kepalanya menunduk karena tak
kuasa melihat Alvin.
"Jelasin."
Alvin menghela nafas panjang,
"Shilla itu mantan aku pas SMP, cinta pertama aku.. Dia terus minta tolong
ke aku buat ngajak dia jalan, awalnya aku nolak tapi dia maksa... Pas aku jalan sama dia, dia selalu ngebahas masa lalu kita pas SMP.. Dan dia minta aku buat balikan lagi sama dia, tapi aku belum jawab karena aku ga bisa ngelepasin kamu gitu aja.. Aku cinta sama lo!" jelas Alvin panjang lebar.
Dengan perlahan Sivia mengangkat wajahnya, "Kenapa kamu boongin aku?" tanya Sivia yang menatap tajam ke arah Alvin.
"Karena aku ga mau kamu tau soal Shilla!."
jawab Alvin. Sivia mengkerutkan kening, "Kenapa?" tanya Sivia lagi.
"Sorry vi, tadinya saat Shilla dateng ke Bandung
aku seneng dan malah kebayang masa SMP aku sama dia, apalagi ditambah dia yang
sering ngenang masa-masa itu! Buat aku jadi pengen ngulang sama dia,
karena dulu dia ninggalin aku gitu aja! Tapi itu ga lama, wajah kamu langsung bikin aku lupa apa yang menjadi kenangan aku sama Shilla! Dan aku sadar kalo hati aku emang cuma buat kamu!." jelas Alvin panjang lebar. Sivia
masih ragu akan hal ini,
"Hati aku ragu vin." ucap Sivia. Ucapan Sivia
barusan membuat Alvin diam dan menatap dalam-dalam wajah Sivia, Alvin semakin
mempersempit jaraknya dengan Sivia. Alvin mendorong pelan tubuh Sivia dan
mendaratkan sebuat ciuman dibibir Sivia, lama butuh waktu yang lama baru Alvin
melepaskan ciumannya.
"Jangan ragu sama aku, vi." ucap Alvin yang
terus meyakinkan hati Sivia. Sivia menatap Alvin, entah kenapa dia yakin kalo
Alvin tulus kepadanya. Dia berpikir keras tentang ucapan Alvin mengenai Shilla.
"Shilla adalah cinta pertama Alvin yang pergi
ninggalin dia gitu aja, dan semua tau kalo di tinggal pergi orang yang
kita sayang emang berat dan pasti ada perasaan bahagia jika bertemu dengannya
lagi, dan itu belum tentu timbul rasa cinta lagi bisa saja hanya karena senang
dan kaget akan bertemu dengan orang itu lagi.. Orang yang pernah memberi
kenangan manis!.. berpikir Sivia berpikir, gue sayang Alvin dan
gue ga bisa membohongi perasaan gue kalo gue ga mau kehilangan dia.. gue
yakin dia tulus dan jujur" batin Sivia.
"Gimana sayang kita masih jadian kan? ga putus
kan? aku sayang kamu, vi." tanpa menjawab pertanyaan Alvin, dengan cepat Sivia
memeluk Alvin dan Alvin membalasnya.
"Iya aku sayang sama kamu. Dan aku ga mungkin
ucapin kata putus buat hubungan kita." ucap Sivia dalam pelukaan Alvin.
"Dan aku janji ga bakal boongin kamu lagi."
tekad Alvin.
Di sisi lain seorang gadis sedang menatap tajam ke
arah mereka, "gue ga bakal biarin hubungan kalian utuh! Alvin milik gue ,
bukan Sivia." setelah dia mengucapkan kalimat itu, dia pergi karena dia
juga sudah tak tahan melihat adegan ini.
^_^
"Via sayang , bangun nak" ucap seorang
wanita paruh baya, Sivia malah merengek dan menarik selimutnya. Wanita
paruh baya itu adalah bunda Sivia, melihat anak semata wayangnya ini bunda
Sivia hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah 5 menit berlalu.. Alvin masuk ke kamar Sivia
karena perintah bunda Sivia yang mengatakan bahwa Sivia tidak mau bangun.
Alvin mendekatkan dirinya kepada Sivia yang sedang
tertidur dengan di tutupi selimut kropinya, "Bangun via sayang" ucap
Alvin sambil menarik selimut Sivia pelan dan mengecup pipi kanan Sivia. Dan
memang hanya Alvin lah yang bisa dengan mudahnya membangunkan Sivia. Sivia tersenyum
melihat Alvin yang sudah ada di sebelahnya. Dengan perintah Alvin, Sivia
memasuki kamar mandi dan Alvin sebagai anak laki-laki keluar dari kamar Sivia
yang bernuansa hijau.
Alvin memutuskan untuk menunggu Sivia di meja makan, "Via
udah bangun vin?" tanya Debo, kaka kandung Sivia. Alvin mengangguk lalu
bergabung bersama keluarga Sivia di meja makan. Karena pacaran yang memang
sudah lama lah yang membuat Alvin dekat dengan seluruh keluarga Sivia.
Akhrinya Sivia selesai dan mengambil roti di meja
makan yang sudah tidak ada siapa-siapa lagi, karena Sivia yang terkenal lama
dalam hal menghias diri. Setelah mengambil roti yang di olesinya selai coklat
dia pun bergegas keluar menuju Alvin yang setia menunggunya.
"Maaf ya Via lama" sesal Sivia. Alvin hanya
tersenyum lalu membukakan pintu mobilnya untuk Sivia. Dan sekitar 15 menit
berlangsung akhirnya mereka sampai di sekolah mereka.
Mereka berjalan sambil bergandeng tangan menuju kelas
mereka masing-masing, Sivia di XI IPA 1 sedangkan Alvin dia XI IPA 6.
"Balik kekelas dulu ya, kasian si Cakka, Rio,
sama Iel udah pada nungguin." pamit Alvin. Sivia mengangguk lalu
tersenyum, tidak lupa Alvin mengecup kening Sivia sebelum melangkahkan kaki
menuju kelasnya.
Alvin sedang asik berjalan sambil bersenandung dan
secara tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, Alvin menoleh, "Gue kira elu
udah dateng cak" ucap Alvin menatap heran sahabat yang satunya ini.
Cakka senyum, "Tadi gue kiss sama Oiknya ke
lamaan jadi lupa mau sekolah" ucap Cakka sambil membayangkan wajah
kekasihnya itu.
Alvin tertawa,
"Kiss aja pake lama"
"Kaya lo sama via ga lama aja" cibir Cakka.
Alvin nyegir lalu mengajak Cakka kekelas mereka.
Di kelas mereka sudah ada kedua sahabat mereka
lainnya, dia Rio dan Gabriel atau Iel. Iel melambaikan tangan pada Cakka dan
Alvin , Cakka dan Alvin melangkahkan kaki menghampiri Rio dan Iel.
"Dari mana lo pade?" tanya Rio tepat saat
Alvin dan Cakka sudah berada di dekat mereka.
"Nungguin Sivia lah" jawab Alvin singkat
lalu meletakan tasnya di bangkunya.
"Tadi gue sama Oik kiss nya kelamaan jadi ga tau
waktu hehe" jawab Cakka di sertai tawanya. Iel dan Rio hanya meng
"O" kan jawaban mereka.
"Oh ya vin, soal SHILLA itu gimana?" tanya
Rio. Alvin sebenarnya malas mendengar nama Shilla, apalagi karena kejadian
semalam yang hampir saja kehilangan Sivia, gadis yang sangat di cintainya.
"Udahlah gue males bahas soal cewe itu! Gue
sayang sama via, cuma dia!" jawab Alvin tegas. Rio, Cakka, dan Gabriel
tersenyum puas mendengarkan jawaban Alvin, karena mereka juga tidak
menginginkan Alvin dan Sivia putus hanya karena Shilla, gadis masa lalu Alvin.
"Nah gitu dong bro ! Buat apa lu mikirin Shilla
yang jelas-jelas udah ninggalin lo! Padahal ada Sivia cewe manis + cantik +
baik yang selalu ada di sisi lo" celetuk Cakka.
"Bener banget vin, secara Shilla itu masa lalu
dan Sivia itu masa sekarang dan yang akan datang" sambung Rio. Alvin
terseyum mendengar ucapan teman-temannya ini. Mereka memang sering mengatakan
ini sama Alvin setelah dia menceritakan soal kembalinya Shilla.
-Tet tet tet- bunyi pertanda masuk pun di bunyikan.
Siswa/I kelas XI IPA 6 atau pun kelas lainnya berhamburan kedalam kelas dan
duduk di bangkunya masing-masing, begitu pun dengan Alvin, Cakka, Rio, dan
Gabriel.
Seorang wanita dewasa dengan pakaian formal memasuki
kelas Alvin, dia adalah Bu Winda, "Pagi anak-anak" sapa Bu Winda.
"Pagi bu" kor anak-anak XI IPA 6. Entah
kenapa perasaan tidak enak menyelimuti Alvin. "Kenapa ini, ko perasaan
gue ga enak banget" batin Alvin.
-bersambung-
The Third Person (Orang ketiga) 'Bab 1' #end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar