Laman

Jumat, 17 Februari 2012

Switched at Birth ^Part 1^



Switched at Birth (Tertukar Saat Dilahirkan)




Part 1

‘AKIBAT DARI KESALAHAN RUMAH SAKIT’


Switched at Birth (Tertukar Saat Dilahirkan)

 Pagi ini tepat pukul 06:30, Sivia terlihat sudah siap dengan seragam putih abu-abu miliknya dan dengan cepat ia bergegas keluar kamarnya. Sivia menghampiri kedua orangtua dan kaka laki-lakinya di meja makan.

"Lelet banget sih kamu, de!.." cibir sang kaka laki-lakinya, Gabriel.

Sivia yang baru saja sampai di meja makan enggan menghiraukan cibiran dari kaka laki-lakinya itu. Ia lalu duduk di sebelah mamahnya seraya mengambil segelas susu dan roti yang sudah di olesinya selai coklat. Sivia terlebih dulu memakan rotinya, barulah dia akhiri dengan meneguk segelas susu.
                       
"Yaudah berangkat yu, vi.." ajak Gabriel yang sudah ancang-ancang untuk bangkit dari kursinya.

Sivia mengangguk. Gabriel dan Sivia pun beranjak dari kursi mereka lalu menghampiri kedua orangtua mereka, dengan bergantian kedua kaka beradik itupun mencium punggung tangan kedua orangtuanya. Setelah itu, barulah kedua kaka beradik ini bergegas menuju sekolah mereka, SMA Baverly Glen. Sivia bersama Gabriel menuju sekolahnya dengan menggunakan mobil honda jazz merah milik Gabriel.

Sekitar 15 menit berlalu mereka akhirnya sampai di sekolah mereka, SMA Baverly Glen. Mereka memisahkan diri saat sudah memasuki gerbang SMA Baverly Glen. Gabriel berjalan kearah kanan dari gerbang sekolahnya, sedangkan Sivia dia berjalan kearah sebelah kiri.

"Vi via.." panggil Oik dari arah belakang Sivia.

Sivia yang saat itu sedang berjalan menghentikan langkahnya lalu membalikan badannya.

"Kenapa ik?" tanya Sivia saat Oik sudah berada di dekatnya. 

"Bareng.."

Sivia mengangguk. Mereka berdua pun berjalan beriringan ke kelas mereka.  Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke kelas mereka. Mereka pun berjalan menuju bangku mereka masing-masing.

^_^

Bel pertanda istirahat baru saja berdering. Suasana kelas X8 pun sudah nampak sepi hanya ada 3 sekawan yang masih anteng di tempat duduk mereka. Mereka (Sivia,Oik, & Ify) sedang asik membaca novel baru mereka yang baru saja 3 hari yang lalu mereka beli. Selang beberapa menit, Sivia sudah selesai membaca novelnya. Dia pun membuka suara untuk mengajak kedua sahabat baiknya itu makan ke kantin,

"Wey jajan nyoo.." ajak Sivia setelah ia menaruh novel yang baru saja dibacanya ke dalam tas.

Oik dan Ify lantas menghentikan aktivitas membaca mereka lalu mengangguk serentak. Ketiga sekawan itu pun beranjak dari bangku mereka lalu bergegas menuju kantin.

Sesampainya di kantin, mereka langsung bergegas menuju satu bangku yang kapasitasnya cukup untuk 6 orang. Posisi duduk mereka, mereka atur sejajar.

"Mau makan apa ini?" tanya Oik sembari menatap kedua sahabat baiknya itu. 

"Biasa.”

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Oik dengan segera beranjak menuju warung makan langganan mereka. Tidak lama kemudian, Oik dan bibi warung akhinya datang dengan membawa nampan berisi pesanan mereka. Setelah makanan dan minuman pesanan mereka telah terhidang, 3 sekawan itu pun mengucapkan terimakasih kepada bibi warung.

“Ka Iel mana, vi?” tanya Ify memulai perbincangan di antara mereka.

Sivia mengangkat kedua bahunya seraya berucap,

“Mana gue tau.. Paling juga di kelasnya bareng ka Rio dan ka Cakka."

"Owh." guman Ify lalu melanjutkan aktivitas makannya.

Mereka makan dalam diam. Sejak perbincangan singkat yang dilakukan oleh Sivia dan Ify, mereka memang tidak membicarakan apa-apa. Mereka asik dengan aktivitasnya masing-masing sampai jam istirahat menghentikan aktivitas makan mereka. 3 sekawan itupun membayar makanan mereka lalu bergegas menuju kelas X8.

^_^

           
            Seorang gadis tegah duduk di taman sekolah, pandanganya dia arahkan kedepan dan kedua tangannya dia lipatkan didada. Lalu tanpa ia sadari sebelumnya, sebuah tangan menepuk pelah bahu gadis itu. Gadis itu menoleh dan mendapati Alvin sudah berdiri di belakangnnya,

“Ngapain kamu disini, Vin?” tanya gadis itu. Alvin tersenyum lalu duduk disebelahnya,
                       
“Nyariin kamu lah, Shill..” jawab Alvin singkat.

Gadis itu, Shilla kembali membalikan wajahnya kearah depan.

“Untuk apa kamu nyariin aku?” tanya Shilla, lagi.

“Aku pengen nenangin kamu soal masalah itu, Shill..” sontak Shilla terkejut, dia kembali menoleh dan menatap Alvin.

“Kamu udah tau soal masalah itu?” tanya Shilla memastikan apa yang baru saja ia dengar.

Alvin mengangguk.

 “Berat untuk aku tau masalah ini, Vin.” lirihnya pelan sambil menenggelamkan wajahnya.

Alvin merangkul Shilla lalu mendorong pelan kepala Shilla, sehingga posisi Shilla kini bersender di bahu Alvin. Alvin mengelus lembut rambut Shilla seraya berkata,

"Kamu yang tenang ya Shill.. Ada aku sahabat kamu yang akan selalu ada buat kamu."

Shilla tersenyum, dia benar-benar merasa nyaman dengan posisi ini.

"Makasih ya, Vin.."

Alvin tersenyum.

"Iya sama-sama Shillaku cintakuuu maniskuuu.." ucapan Alvin benar-benar membuat Shilla tersenyum bahagia, bahkan membuat pipi Shilla merah merona.

Shilla, dia memang sudah menyukai Alvin dari mereka masih kecil. Mereka memang sudah berteman bahkan menjadi sahabat dari mereka masih kecil, lebih tepatnya saat mereka menginjak bangku Sekolah Dasar (SD), dan juga jarak rumah mereka yang tidak jauh membuat mereka sering meluangkan waktu bersama. Kini mereka bersekolah di SMA North Shore, salah satu SMA yang cukup terkenal di Jakarta.

“Aku juga nanti bakal temenin kamu sama mamah kamu ke rumah sakit.” tekad Alvin.

“Makasih ya, Vin.” ucap Shilla dengan senyuman tulusnya.

“Sama-sama, Shill.”

Setelah berkata seperti itu, Alvin lantas mengecup puncuk kepala Shilla membuat pipi Shilla semakin merona.

^_^

Tepat pukul 4 sore, SMA Baverly Glen sudah membunyikan bel mereka untuk memulangkan para siswa-siswinya. Para siswa-siwi dari setiap kelas pun berhamburan keluar ruangan mereka menuju gerbang sekolah. Lain halnya dengan Sivia dan Gabriel mereka terlebih dahulu menuju parkiran SMA Baverly Glen karena membawa kendaraan pribadi. Di SMA Baverly Glen memang di sediakan parkiran khusus untuk siswa-siswi SMA Baverly Glen yang membawa kendaraan pribadi. Selang beberapa menit, keduanya sudah sampai di parkiran. Keduanya lantas memasuki mobil honda jazz merah milik Gabriel. Setelah keduanya sudah berada di dalam mobil, Gabriel pun menjalankan mobilnya menuju rumah.

Sekitar 15 menit berlalu, kini keduanya sudah sampai di dalam rumah mereka. Mereka sedikit heran setelah melihat kedua orangtua mereka menangis.

"Mamah kenapa?" tanya Sivia heran. Ibu Ratih -Mamah Sivia & Gabriel- itupun langsung memeluk Sivia.

"Mamah sayang kamu, vi.. Sayang banget kamu anak mamah, vi.. Anak mamah" ucap Ibu Ratih terisak dalam pelukan Sivia.

Ucapan Ibu Ratih itupun berhasil membuat Sivia bertanya-tanya soal maksud dari ucapan yang keluar dari mulut Ibu Ratih barusan. Sivia merenggangkan pelukannya

Maksud mamah?" tanya Sivia, dia menatap sang mamah dengan tatapan heran.

"Tadi pihak rumah sakit tempat mamah melahirkanmu dulu, menelpon mamah dan papah.. Mereka bilang kamu tertukar nak......" lirih Ibu Ratih. 

Sontak Sivia terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

"APA MAH? JADI SIVIA KETUKER?" 

Dengan berat hati Ibu Ratih menganggukan kepalanya lalu kembali memeluk Sivia, Sivia membalas pelukan Ibu Ratih dengan air mata yang akhirnya menetes. Dia benar-benar sangat terkejut, bagaimana tidak? Keluarga yang ia sayangi sebenarnya bukanlah keluarga asilnya.. Pikirannya kini benar-benar tidak karuan.. Cobaan apa ini Tuhan?” batinnya.

"Kalaupun hal ini benar tidak akan ada yang berubah dari keluarga kita, vi." ucap Ibu Ratih dengan tulus.

"Makasih mah.. Via sayang banget sama mamah, papah, dan ka Iel.." 

Pak Doni -Papah Sivia dan Gabriel- bersama Gabriel pun menghampiri Sivia dan Ibu Ratih, mereka ikut memeluk Sivia seraya berkata,

"Mamah bener , vi.. Ga akan ada yang akan berubah." ucap Gabriel. 

Sivia tersenyum..

"Dan kamu akan selalu jadi putri kebanggaan ayah.." lanjut Pak Doni. 

'mereka keluargaku Tuhan dan akan selalu menjadi keluargaku.. Dan aku berharap ga pernah terpisah dengan mereka meski mereka bukanlah keluargaku yang sebenarnya' batin Sivia. Sivia mencoba tegar dan ikhlas akan kejadian ini, dia percaya kalau dia tidak akan pernah kehilangan keluarganya.


^_^

Sivia berserta keluarganya kini sudah berada di rumah sakit tempat dia dilahirkan dulu. Ya, setelah Sivia diberitahu perihal kesalahan rumah sakit yang secara tidak sengaja membuat dirinya tertukar saat dilahirkan, Sivia berserta keluarganya itupun segera mendatangi rumah sakit tempat dirinya dilahirkan.

"Kamu sudah siap, nak?" tanya Ibu Ratih saat mereka tegah berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit. 

Sivia menoleh, dengan cepat ia mengangguk.

"Aku siap mah" jawab Sivia dengan senyuman tulus yang nampak dibibir munggilanya itu. 

Ibu Ratih pun ikut tersenyum. 

Di tegah perjalanan, Sivia yang merasa tenggorokannya itu butuh air meminta izin untuk membeli minuman.

“Mah, via beli minum dulu ya..” ucap Sivia meminta izin pada sang mamah. 

Ibu Ratih pun menjawab dengan menganggukan kepalanya.

“Hati-hati dan jangan lama-lama.” pesan Ibu Ratih lembut. 

Sivia lantas mengangkat kedua jempolnya lalu bergegas menuju kantin rumah sakit.

^_^

Selang beberapa menit, Sivia sudah sampai di kantin rumah sakit. Dia lalu berjalan menuju kedai minuman dingin yang ada di sudut kantin. Tidak butuh waktu lama, dia sudah berada di kedai minuman tersebut. Saat Sivia menyebutkan pesanannya, secara tidak sengaja bersamaan dengan seorang laki-laki yang terlihat sebaya dengan dirinya.

“Bu, teh botol dinginnya satu!.” ucap Sivia dan laki-laki itu bersamaan. 

Hal itu membuat Sivia dan laki-laki itu menoleh, dan saat kedua mata mereka saling beradu ada perasaan lain yang mereka rasakan saat itu juga. Perasaan yang membuat hati mereka bergetar bagaikan kupu-kupu yang sedang asik menari dalam dada mereka. 

Butuh waktu lama untuk mereka melepaskan pandangan mereka yang saling beradu itu. Sivia yang sadar dengan cepat mengambil minuman yang ia pesan lalu membayar pesanan tersebut. 

"Bu ini uangnya. Kembaliannya ambil aja.” ucap Sivia sambil menyerahkan selembar uang 10.000 rupiah. 

Dia langsung berlari menghampiri kedua orangtua dan Gabriel yang sudah ia buat menunggu dirinya cukup lama.

 “Maaf ya via lama.” sesal Sivia saat dia sudah berada diantara kedua orangtua dan kaka laki-lakinya itu.

“Yaudah tidak apa-apa.. Kita lanjutkan saja perjalanan keruang dokter Angel” saran Pak Doni. Sivia bersama keluarganya itupun melanjutkan langkah mereka menuju ruangan dokter Angel.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar