Part 1
‘AKIBAT DARI
KESALAHAN RUMAH SAKIT’
Switched at Birth
(Tertukar Saat Dilahirkan)
Pagi ini tepat pukul 06:30, Sivia
terlihat sudah siap dengan seragam putih abu-abu miliknya dan dengan cepat
ia bergegas keluar kamarnya. Sivia menghampiri kedua orangtua dan kaka
laki-lakinya di meja makan.
"Lelet
banget sih kamu, de!.." cibir sang kaka laki-lakinya, Gabriel.
Sivia
yang baru saja sampai di meja makan enggan menghiraukan cibiran dari kaka
laki-lakinya itu. Ia lalu duduk di sebelah mamahnya seraya mengambil segelas
susu dan roti yang sudah di olesinya selai coklat. Sivia terlebih dulu memakan
rotinya, barulah dia akhiri dengan meneguk segelas susu.
"Yaudah
berangkat yu, vi.." ajak Gabriel yang sudah ancang-ancang untuk bangkit
dari kursinya.
Sivia
mengangguk. Gabriel dan Sivia pun beranjak dari kursi mereka lalu menghampiri
kedua orangtua mereka, dengan bergantian kedua kaka beradik itupun
mencium punggung tangan kedua orangtuanya. Setelah itu, barulah kedua kaka
beradik ini bergegas menuju sekolah mereka, SMA Baverly Glen. Sivia bersama
Gabriel menuju sekolahnya dengan menggunakan mobil honda jazz merah milik
Gabriel.
Sekitar
15 menit berlalu mereka akhirnya sampai di sekolah mereka, SMA Baverly Glen.
Mereka memisahkan diri saat sudah memasuki gerbang SMA Baverly Glen. Gabriel
berjalan kearah kanan dari gerbang sekolahnya, sedangkan Sivia dia berjalan
kearah sebelah kiri.
"Vi
via.." panggil Oik dari arah belakang Sivia.
Sivia
yang saat itu sedang berjalan menghentikan langkahnya lalu membalikan badannya.
"Kenapa
ik?" tanya Sivia saat Oik sudah berada di dekatnya.
"Bareng.."
Sivia
mengangguk. Mereka berdua pun berjalan beriringan ke kelas mereka. Tidak
butuh waktu lama untuk mereka sampai ke kelas mereka. Mereka pun berjalan
menuju bangku mereka masing-masing.
^_^
Bel
pertanda istirahat baru saja berdering. Suasana kelas X8 pun sudah nampak sepi
hanya ada 3 sekawan yang masih anteng di tempat duduk mereka. Mereka
(Sivia,Oik, & Ify) sedang asik membaca novel baru mereka yang baru saja 3
hari yang lalu mereka beli. Selang beberapa menit, Sivia sudah selesai membaca
novelnya. Dia pun membuka suara untuk mengajak kedua sahabat baiknya
itu makan ke kantin,
"Wey
jajan nyoo.." ajak Sivia setelah ia menaruh novel yang baru saja dibacanya
ke dalam tas.
Oik
dan Ify lantas menghentikan aktivitas membaca mereka lalu mengangguk
serentak. Ketiga sekawan itu pun beranjak dari bangku mereka lalu bergegas
menuju kantin.
Sesampainya
di kantin, mereka langsung bergegas menuju satu bangku yang kapasitasnya cukup
untuk 6 orang. Posisi duduk mereka, mereka atur sejajar.
"Mau
makan apa ini?" tanya Oik sembari menatap kedua sahabat baiknya itu.
"Biasa.”
Tanpa
menunggu apa-apa lagi, Oik dengan segera beranjak menuju warung makan langganan
mereka. Tidak lama kemudian, Oik dan bibi warung akhinya datang dengan membawa
nampan berisi pesanan mereka. Setelah makanan dan minuman pesanan mereka telah
terhidang, 3 sekawan itu pun mengucapkan terimakasih kepada bibi warung.
“Ka
Iel mana, vi?” tanya Ify memulai perbincangan di antara mereka.
Sivia
mengangkat kedua bahunya seraya berucap,
“Mana
gue tau.. Paling juga di kelasnya bareng ka Rio dan ka Cakka."
"Owh."
guman Ify lalu melanjutkan aktivitas makannya.
Mereka
makan dalam diam. Sejak perbincangan singkat yang dilakukan oleh Sivia dan Ify,
mereka memang tidak membicarakan apa-apa. Mereka asik dengan aktivitasnya
masing-masing sampai jam istirahat menghentikan aktivitas makan mereka. 3
sekawan itupun membayar makanan mereka lalu bergegas menuju kelas X8.
^_^
Seorang gadis tegah duduk di taman sekolah,
pandanganya dia arahkan kedepan dan kedua tangannya dia lipatkan didada. Lalu
tanpa ia sadari sebelumnya, sebuah tangan menepuk pelah bahu gadis itu. Gadis
itu menoleh dan mendapati Alvin sudah berdiri di belakangnnya,
“Ngapain
kamu disini, Vin?” tanya gadis itu. Alvin tersenyum lalu duduk disebelahnya,
“Nyariin
kamu lah, Shill..” jawab Alvin singkat.
Gadis
itu, Shilla kembali membalikan wajahnya kearah depan.
“Untuk
apa kamu nyariin aku?” tanya Shilla, lagi.
“Aku pengen nenangin kamu soal masalah itu,
Shill..” sontak Shilla terkejut, dia kembali menoleh dan menatap Alvin.
“Kamu udah tau soal masalah itu?”
tanya Shilla memastikan apa yang baru saja ia dengar.
Alvin
mengangguk.
“Berat
untuk aku tau masalah ini, Vin.” lirihnya pelan sambil menenggelamkan wajahnya.
Alvin
merangkul Shilla lalu mendorong pelan kepala Shilla, sehingga posisi
Shilla kini bersender di bahu Alvin. Alvin mengelus lembut rambut Shilla
seraya berkata,
"Kamu yang tenang ya Shill.. Ada aku
sahabat kamu yang akan selalu ada buat kamu."
Shilla
tersenyum, dia benar-benar merasa nyaman dengan posisi ini.
"Makasih
ya, Vin.."
Alvin
tersenyum.
"Iya sama-sama
Shillaku cintakuuu maniskuuu.." ucapan Alvin benar-benar membuat Shilla
tersenyum bahagia, bahkan membuat pipi Shilla merah merona.
Shilla,
dia memang sudah menyukai Alvin dari mereka masih kecil. Mereka
memang sudah berteman bahkan menjadi sahabat dari mereka masih
kecil, lebih tepatnya saat mereka menginjak bangku Sekolah Dasar (SD), dan juga
jarak rumah mereka yang tidak jauh membuat mereka sering meluangkan waktu
bersama. Kini mereka bersekolah di SMA North Shore, salah satu SMA yang
cukup terkenal di Jakarta.
“Aku
juga nanti bakal temenin kamu sama mamah kamu ke rumah sakit.” tekad Alvin.
“Makasih ya, Vin.” ucap Shilla dengan
senyuman tulusnya.
“Sama-sama,
Shill.”
Setelah berkata seperti itu, Alvin lantas
mengecup puncuk kepala Shilla membuat pipi Shilla semakin merona.
^_^
Tepat
pukul 4 sore, SMA Baverly Glen sudah membunyikan bel mereka untuk memulangkan
para siswa-siswinya. Para siswa-siwi dari setiap kelas pun berhamburan
keluar ruangan mereka menuju gerbang sekolah. Lain halnya dengan Sivia dan
Gabriel mereka terlebih dahulu menuju parkiran SMA Baverly Glen karena membawa
kendaraan pribadi. Di SMA Baverly Glen memang di sediakan parkiran khusus untuk
siswa-siswi SMA Baverly Glen yang membawa kendaraan pribadi. Selang beberapa
menit, keduanya sudah sampai di parkiran. Keduanya lantas memasuki mobil
honda jazz merah milik Gabriel. Setelah keduanya sudah berada di dalam mobil,
Gabriel pun menjalankan mobilnya menuju rumah.
Sekitar
15 menit berlalu, kini keduanya sudah sampai di dalam rumah mereka. Mereka
sedikit heran setelah melihat kedua orangtua mereka menangis.
"Mamah
kenapa?" tanya Sivia heran. Ibu Ratih -Mamah Sivia & Gabriel- itupun
langsung memeluk Sivia.
"Mamah
sayang kamu, vi.. Sayang banget kamu anak mamah, vi.. Anak mamah" ucap Ibu
Ratih terisak dalam pelukan Sivia.
Ucapan
Ibu Ratih itupun berhasil membuat Sivia bertanya-tanya soal maksud dari ucapan
yang keluar dari mulut Ibu Ratih barusan. Sivia merenggangkan pelukannya
“Maksud mamah?" tanya
Sivia, dia menatap sang mamah dengan tatapan heran.
"Tadi pihak rumah sakit tempat mamah melahirkanmu dulu,
menelpon mamah dan papah.. Mereka bilang kamu tertukar nak......" lirih
Ibu Ratih.
Sontak Sivia terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.
"APA MAH? JADI SIVIA KETUKER?"
Dengan berat hati Ibu Ratih
menganggukan kepalanya lalu kembali memeluk Sivia, Sivia membalas pelukan Ibu
Ratih dengan air mata yang akhirnya menetes. Dia benar-benar sangat terkejut,
bagaimana tidak? Keluarga yang ia sayangi sebenarnya bukanlah keluarga
asilnya.. Pikirannya kini benar-benar tidak karuan.. Cobaan apa ini
Tuhan?” batinnya.
"Kalaupun hal ini benar tidak akan ada yang berubah dari keluarga kita,
vi." ucap Ibu Ratih dengan tulus.
"Makasih mah.. Via sayang banget
sama mamah, papah, dan ka Iel.."
Pak Doni -Papah Sivia dan Gabriel-
bersama Gabriel pun menghampiri Sivia dan Ibu Ratih, mereka ikut memeluk Sivia
seraya berkata,
"Mamah bener , vi.. Ga akan ada yang
akan berubah." ucap Gabriel.
Sivia tersenyum..
"Dan kamu akan selalu jadi putri
kebanggaan ayah.." lanjut Pak Doni.
'mereka keluargaku Tuhan dan
akan selalu menjadi keluargaku.. Dan aku berharap ga pernah terpisah dengan
mereka meski mereka bukanlah keluargaku yang sebenarnya' batin Sivia. Sivia
mencoba tegar dan ikhlas akan kejadian ini, dia percaya kalau dia tidak akan
pernah kehilangan keluarganya.
^_^
Sivia
berserta keluarganya kini sudah berada di rumah sakit tempat dia dilahirkan
dulu. Ya, setelah Sivia diberitahu perihal kesalahan rumah sakit yang secara
tidak sengaja membuat dirinya tertukar saat dilahirkan, Sivia berserta
keluarganya itupun segera mendatangi rumah sakit tempat dirinya dilahirkan.
"Kamu sudah siap, nak?" tanya Ibu Ratih saat mereka
tegah berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit.
Sivia menoleh, dengan
cepat ia mengangguk.
"Aku siap mah" jawab Sivia dengan senyuman
tulus yang nampak dibibir munggilanya itu.
Ibu Ratih pun ikut
tersenyum.
Di tegah perjalanan, Sivia yang merasa tenggorokannya itu butuh
air meminta izin untuk membeli minuman.
“Mah, via beli minum dulu ya..” ucap Sivia meminta izin pada
sang mamah.
Ibu Ratih pun menjawab dengan menganggukan kepalanya.
“Hati-hati dan jangan lama-lama.” pesan Ibu Ratih lembut.
Sivia lantas mengangkat kedua jempolnya lalu bergegas menuju kantin rumah
sakit.
^_^
Selang
beberapa menit, Sivia sudah sampai di kantin rumah sakit. Dia lalu berjalan
menuju kedai minuman dingin yang ada di sudut kantin. Tidak butuh waktu lama,
dia sudah berada di kedai minuman tersebut. Saat Sivia menyebutkan pesanannya,
secara tidak sengaja bersamaan dengan seorang laki-laki yang terlihat sebaya
dengan dirinya.
“Bu,
teh botol dinginnya satu!.” ucap Sivia dan laki-laki itu bersamaan.
Hal itu
membuat Sivia dan laki-laki itu menoleh, dan saat kedua mata mereka saling
beradu ada perasaan lain yang mereka rasakan saat itu juga. Perasaan yang
membuat hati mereka bergetar bagaikan kupu-kupu yang sedang asik menari dalam
dada mereka.
Butuh
waktu lama untuk mereka melepaskan pandangan mereka yang saling
beradu itu. Sivia yang sadar dengan cepat mengambil minuman yang ia pesan
lalu membayar pesanan tersebut.
"Bu
ini uangnya. Kembaliannya ambil aja.” ucap Sivia sambil menyerahkan selembar
uang 10.000 rupiah.
Dia langsung berlari menghampiri kedua orangtua dan Gabriel
yang sudah ia buat menunggu dirinya cukup lama.
“Maaf
ya via lama.” sesal Sivia saat dia sudah berada diantara kedua orangtua dan kaka
laki-lakinya itu.
“Yaudah
tidak apa-apa.. Kita lanjutkan saja perjalanan keruang dokter Angel” saran Pak
Doni. Sivia bersama keluarganya itupun melanjutkan langkah mereka menuju
ruangan dokter Angel.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar